Perempuan Sasak & Tenun [Desa Sade, Lombok]

Assalamualaikum,

di hari Valentine lalu, maksudnya 14 Februari Wita kedatangan tamu dari Jogja yaitu temen kampusnya yang traveling bareng Mas Pacar. Kebetulan sehari sebelumnya saya lagi di rumah Wita, abis nganterin Mamade pesenannya dia terus seperti biasa nggak pulang langsung alias lenyeh-lenyeh dulu di kamarnya. Dia keliatan sibuk banget main hp dan cerita kalau temennya mau ke Lombok, sekalian abis dari Bali mumpung deket dan ada tiket promo, katanya.

"Dia minta ditemenin jalan?" saya nanya Wita dengan polosnya. 

"Iyalah, Nyet" kata Wita nyolot hahaha. 

"Ikut dong, ta temenin. Tapi temenmu nggak papa?"

"Ayo! biar ada lah temen saya, biar ngga jadi obat nyamuk. Nggak papa kok mereka, ntar saya kenalin biar kamu jadi tour guide juga, kan lebih paham ntar kalau ngomong bahasa daerah sama orang di daerah pariwisatanya"

"okedeh besok chat aja kalo mau jemput", kata saya sepakat.

Awalanya kami berniat ngajak mereka ke Gili Trawangan, biar sekalian di satu tempat muter-muternya. Kan saya juga belum pernah ke Gili Trawangan begitupun Wita jadi rencananya sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui gitu. Tapi ternyata dua tamu kita harus pulang sore harinya langsung, sekitar jam 4. Jadi saya ngusul kalo kita ke daerah wisata di Lombok Tengah aja: Desa Wisata Sade - Pantai Seger - Tanjung Ann - Bukit Merese. Semuanya sejalan dengan arah Bandara International Lombok, jadi nggak akan takut diburu waktu.

Pagi hari sekitar jam 8 saya masih mager, dan Wita bilang sudah otw mau jemput tanpa basa-basi a i u e o sebelumnya. Saya langsung mandi secepat kilat, karena dalam waktu 10 menit dia pasti sudah mejeng depan gang (karena di Lombok kemana-mana nggak ada macet, dan jarak satu tempat ke tempat lainnya berdekatan). Bener aja dia WhatsApp 10 menit kemudian, dan saya langsung lari nyamperin dengan tas penuh lipstik, bedak, parfum, berharap bisa dandan di mobil. Sekitar 20 menit kita sudah sampai di hotel untuk jemput teman Wita dan Mas Pacarnya. Perjalanan dimulai dari pagi karena takut waktunya mepet dan buru-buru ke bandara nanti, jadi lebih baik kita perginya lebih pagi.

Selese semuanya, kita langsung caw ke beberapa destinasi dan yang pertama ialah:

teman Wita dan si Mas Pacar

Yap! Desa sade menjadi pilihan tujuan pertama kita. Desa atau Dusun Sade adalah sebuah desa yang masih memegang teguh adat & tradisi Lombok. Lokasinya berada di Rambitan, Lombok Tengah sekitar 30 menit berkendara dari Lombok International Airpot (BIL). Letak yang strategis dekat dengan bandara, dan satu jalur dengan arah Pantai Mandalika, Ann, dan Bukit Merese membuat kami menentukan tempat ini sebagai destinasi pertama kami di pagi itu.

Desa Sade sudah berkembang menjadi lebih baik semenjak pertama kali saya mengunjunginya (tahun 2011 silam) bersama rombongan tour perpisahan SMP. Salah satu perubahannya ialah sambutan yang begitu hangat semenjak kami turun mobil, entah mungkin sudah ada sejak lama dan saya nggak ngeh, atau memang baru ada setelah pemerintah mendukungnya sebagai Desa Wisata. Seorang guide lokal pun menemani kami (yang saya lupa namanya), beliau benar-benar melaksanakan tugasnya sebagai guide: memberi kami sambutan, mempersilahkan kami, dan menjelaskan sedetail-detailnya. Saya rasa beliau sudah berpengalaman, terlihat dari pembawaan dan service-nya kepada kami. Jadi kamu jangan khawatir kalau berkunjung ke Desa Sade karena sudah ada banyak guide yang siap menemani dengan tips yang tidak ditentukan, alias seikhlasnya.

Di dalam Desa Sade kamu akan menemukan aktivitas-aktivitas yang  "Suku Sasak" banget, mulai dari memintal benang, membuat tenunan motif Lombok, membuat kerajinan, dan lainnya. Perempuan Suku Sasak zaman dulu harus bisa membuat tenunan, konon katanya untuk bisa menikah setiap wanita harus menyelesaikan tenunannya terlebih dahulu. Perempuan Sasak juga boleh memiliki pacar lebih dari satu, karena sebenarnya tidak ada istilah pacar hanya teman dekat saja (ceilah), jadi siapa yang melamar duluan itulah pacar sesungguhnya. Cara melamarnya pun unik, yaitu dengan kawin lari. Perempan di Desa Sade yang belum menikah di usia 18 tahun keatas itu dianggap perawan tua. Waktu dijelasin itu saya langsung ketawa kecil dan liat-liatan dengan Wita, Bapak Guidenya langsung nyeletuk "Mba-mba kalau tinggal disini pasti udah nikah, apalagi cantik-cantik begini" Ma sha Allah skripsipun aku belum Mas, kata saya mbatin hahaha  

Proses pembuatan kain tenun dimulai dari memintal benang dari kapas, kemudian disesek (ditenun) dan terbentuklah kain. Satu kain membutuhkan proses yang lama bisa berbulan-bulan tergantung tingkat kesulitannya. Kain Lombok banyak motifnya seperti rang-rang dan beberapa motif seperti foto di atas. Saat Dian Pelangi pergi ke Culture Fashion Week, NY bersama Barli Asmara dan Zaskia Sungkar,  mereka juga membawa kain khas Lombok seperti motif-motif diatas. Bangga rasanya.

Kalau kalian tertarik memilikinya, kain-kain ini bisa kalian dapetin sepinter-pinternya kalian nawar harga. Kemarin saya naksir berat sama yang warna pink, itu harganya 75ribu ukurannya kyk pashmina gitu. Range harga kain rata-rata 50ribu - 300ribu.

Masjid Desa Sade

Rumah-rumah di Desa Sade juga masih mepertahankan tradisi semenjak dulu, untuk mengepelnya digunakan kotoran kerbau. Kami sempat memasuki salah satu rumah, rumah-rumah  di Desa Sade lantainya masih dari tanah atau semen saja, dan dindingnya pagar anyaman. Desainnya unik: pintunya pendek yang membuat kita harus membungkuk untuk masuk, ada tangga kecil untuk naik ke kamar wanita dan di dekatnya ada dapur dengan tungku kayu. Keadaan di dalam gelap, jadi tidak bisa kami foto.

Ada satu tempat yang belum kami kunjungi yaitu masjid Desa Sade, dari atas keliatannya bagus gitu terbuat dari kayu kuat yang menahan pondasinya serta tembok dari pagar anyaman dengan lantai yag terlihat begitu bersih dan nyaman. Tapi karena kita harus mengejar waktu, akhirnya kita hanya lewat dan lanjut foto di pelantaran depan Desa Sade yang cukup luas. 

Selesai berfoto, dan berterimakasih serta memberi tips kepada guide, kita langsung meluncur ke destinasinasi kedua.


See you!
Wassalamualaikum.