Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2018

H+20 gempa Lombok 7.0

Malam minggu paling mencekam. Berniat keluar untuk mengambil paket di wahana, akhirnya bisa merasakan kembali jalanan Mataram di malam hari.  Terakhir kali saya keluar malam di atas jam 7 adalah tanggal 5 Agustus, tepat saat Lombok diguncang gempa dengan magnitudo 7SR dan berpotensi tsunami (nanti saya ceritakan terpisah).  Jadi jangan tanya bagaimana perasaan saya tadi;  takut dan sakit perut! Jalanan sepi sekali,  semua toko kebanyakan tutup padahal baru jam setengah 8. Jalanan utama tidak seramai biasanya walaupun masih banyak warung tenda buka.  Kebalikannya,  justru beberapa jalan ramai karena tenda pengungsian yang didirikan warga. Tapi malam ini tidak seramai seminggu atau dua minggu yang lalu,  mungkin karena banyak warga yang mengungsi ke daerah atas.  Alasannya?  Isu gempa lebih besar dan tsunami besok (26/8) sudah menyebar ke seantero Lombok. Sungguh jahat orang-orang penebar hoax di saat trauma masyarakat masih berat seperti ini.  Isu gempa lebih besar lagi,  tsunami,  ke

H+18 Pasca Gempa Lombok 7.0

Saya menulis ini persis setelah memastikan rumah dalam keadaan aman untuk ditinggalkan.  Kenapa saya memeriksa rumah? Karena Lombok saat ini bukan hanya rawan gempa,  tapi juga rawan maling. Selepas isya tadi,  isu "jejak tangan di langit-langit rumah" tersebar ke 45 KK dalam tenda.  Katanya ada di salah satu rumah di RT yang sama dengan saya.  Beberapa anak berlarian pergi ke rumah dan tidak ada yang bisa mendeskripsikan dengan jelas bagaimana bentuknya,  setelah kembali ke tenda. Ada yang menunjukkan foto,  tapi yang saya liat hanya langit-langit. Kemudian isu tersebut semakin menyeruak di sosial media malam ini.  Desa ini itu sana sini berlomba-lomba mengabarkan telapak tangan viral ini. Saya rasanya sulit percaya.  Karena menurut saya,  justru kalau itu adalah hal gaib bentuknya tidak seperti telapak tangan. Sekalian saja bentuknya seperti wajah sapi,  biar di luar nalar dan logika supaya di percaya. Hari ini cukup bervariasi. Memulai pagi dengan sarapan pisang goreng,

Idul Adha di Pengungsian Gempa Lombok

Ini akan menjadi cerita pertama,  dari serangkaian cerita sejak 29 Juli lalu yang akan saya tulis sebagai pengingat bahwa saya pernah sekuat ini. Saya pernah menjadi bagian sejarah cerita sedih nan pilu, yang membuat Lombok semakin kuat. Hari ini, 22 Agustus 2018 adalah hari raya idul Adha.  Jangan ditanya bagaimana euforianya di Lombok ini.  Jarang sekali bisa menemukan lokasi sholat ied di masjid.  Semua orang trauma,  takut bumi bergetar tiba-tiba.  Malam takbiran tidak semeriah biasanya. Semalam,  anak-anak sibuk ikut iring-iringan pawai takbiran. Bagus untuk trauma healing sekalian. Sementara saya dan beberapa orang tua, memilih untuk diam di tenda.  Trauma rasanya menakuti hampir di penjuru pulau,  tidak ada yang berani diam terlalu lama di rumah, takut terlalu lama berjauhan dengan keluarga. Paling nikmat saat ini,  bercengkrama dengan sesama pengungsi di bawah tenda. Tadi pagi,  sholat mulai tepat pukul tujuh. Ayat pendek yang dibaca tidak sepanjang biasanya.  Khut