Bersama malam,
kakiku bimbang memilih arah
hendak kemana telapak akan melangkah
Gelap berteman sunyi
mendongak, silau mataku terkena cahaya remang lampu jalanan
menunduk, takut.
Terdengar gelap menertawaiku
tawa riuh untuk anak manusia pengecut
bagaimana bisa bimbang untuk langkahnya sendiri?
bukankah ia berangkat dari rumah?
mestinya kamu harus kembali ke rumah,
sunyi berbisik.
kakiku bimbang memilih arah
hendak kemana telapak akan melangkah
Gelap berteman sunyi
mendongak, silau mataku terkena cahaya remang lampu jalanan
menunduk, takut.
Terdengar gelap menertawaiku
tawa riuh untuk anak manusia pengecut
bagaimana bisa bimbang untuk langkahnya sendiri?
bukankah ia berangkat dari rumah?
mestinya kamu harus kembali ke rumah,
sunyi berbisik.
Mataram,
21:59
Hai Ema!
ReplyDeletePuisinya bagus sekali Ema. Meskipun pemilihan katanya sederhana, aku tetap bisa merasakan emosi yang tertuang dalam puisi ini.
Terus menulis ya Ema!